Kuliah 3in1 Prodi Antropologi FIB UB: Pemahaman Mendalam tentang Budaya, CSR, dan Pendidikan Inklusif untuk Masyarakat Adat

Malang, 9 Oktober 2028 – Program Studi Antropologi Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Brawijaya telah sukses melaksanakan program kuliah 3in1 pada periode 27 Agustus hingga 8 Oktober 2028. Program ini diisi oleh tiga pakar internasional dan nasional dalam bidang antropologi budaya, kajian Corporate Social Responsibility (CSR), dan pendidikan masyarakat adat, yaitu Prof. Hanafi Hussin, Dr. Adi Prasetijo, dan Saur Marlina “Butet” Manurung. Para dosen tamu ini memberikan wawasan berharga melalui topik yang mendalam tentang masyarakat nomad laut, praktik CSR yang berkelanjutan, serta pendekatan pendidikan inklusif bagi komunitas adat.

Prof. Hanafi Hussin, seorang pakar antropologi dari Universiti Malaya, memberikan dua pertemuan kuliah yang menarik. Pertemuan pertama, berjudul Antropologi Ritual dan Seni Pertunjukan Asia Tenggara (27 Agustus 2024), membahas bagaimana masyarakat Kadazandusun dan Sama-Bajau menggunakan seni pertunjukan dan ritual untuk membangun identitas budaya. Dalam pertemuan kedua, Kajian Migrasi dan Budaya Maritim (28 Agustus 2024), Prof. Hanafi mengeksplorasi fenomena migrasi masyarakat pesisir serta dampaknya terhadap identitas budaya, termasuk tantangan modernisasi yang mempengaruhi keberlanjutan tradisi maritim.

Kuliah Dr. Adi Prasetijo dilaksanakan dalam delapan pertemuan yang membahas CSR sebagai bentuk tata kelola global yang responsif terhadap kebutuhan sosial, budaya, dan lingkungan masyarakat lokal. Dimulai dengan Konsep “safeguard” (26 Agustus 2024) dan dilanjutkan dengan pembahasan Environmental, Social, and Governance (ESG) (2 September 2024), Dr. Prasetijo mengajak mahasiswa untuk memahami aspek etika dan keterlibatan masyarakat dalam praktik CSR yang berbasis budaya lokal. Kuliah lainnya mencakup topik seperti peran antropologi dalam CSR, relasi kuasa dalam CSR, dan evaluasi CSR dari perspektif antropologi yang memberikan pemahaman holistik mengenai bagaimana program CSR dapat diterima dengan baik dan berkelanjutan.

Ditutup dengan perkuliahan dari Butet Manurung, seorang aktivis pendidikan dan antropolog yang fokus pada pendidikan kontekstual dan advokasi hak-hak masyarakat adat. Dalam pertemuan pertama “Belajar Sebelum Mengajar” (3 September 2024), beliau menekankan pentingnya memahami konteks sosial dan budaya masyarakat adat untuk menghindari sindrom “White Saviour Complex.” Materi kuliah lainnya, seperti Pendidikan Inklusif dan Tantangan dalam Masyarakat Adat” (10 September 2024) dan “Advokasi Masyarakat Adat” (1 Oktober 2024), memberikan perspektif bagaimana pendidikan kontekstual yang inklusif dapat mendukung keberlanjutan identitas budaya lokal dalam menghadapi globalisasi.

Pelaksanaan program kuliah 3in1 ini diharapkan dapat memperkaya wawasan mahasiswa Antropologi FIB UB mengenai keberagaman budaya, tanggung jawab sosial, serta peran pendidikan dalam mendukung komunitas adat. Program ini menjadi upaya Prodi Antropologi FIB UB untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa dengan menghadirkan perspektif yang beragam, memungkinkan nantinya mahasiswa merancang program CSR yang efektif, berkelanjutan, dan peka terhadap budaya serta kebutuhan masyarakat lokal.  (nbl)