Tubuh & Memori: Memahami Kekerasan Seksual Terhadap Perempuan
Kegiatan Visiting profesor dan praktisi program 3 in 1 pertemuan kedua dilaksanakan Jumat (10/09) dengan tema Tubuh dan Memori. Pada dasarnya tubuh dibagi secara sistem tubuh reproduksi, sosial, dan produksi yang dapat menimbulkan ketidakadilan gender. Padahal tubuh tidak hanya sekedar fisiologis saja, melainkan terdapat sosial dan politik di dalamnya. Bahkan, tubuh seringkali menjadi basis dari bentuk kekerasan seksual, terlebih bagi perempuan. Meskipun laki-laki juga mengalami kekerasan seksual, tetapi jumlah persentasenya tidak lebih banyak dibandingkan dengan kekerasan yang terjadi pada perempuan.
Sebagai contoh, belis sebagai bentuk mas kawin yang diberikan kepada perempuan. Dalam hal ini, perempuan seakan-akan dilihat sebagai komoditi atau material semata dengan pertukaran yang dilakukan masyarakat berbasis pada tubuh dan seksualitas. Perlu pemahaman terkait esensi dan kuasa terhadap tubuh kita yang dapat dilakukan dengan pendidikan kritis. Kekerasan seksual terjadi karena pengaruh pola pikir tentang tubuh kita yang didasarkan pada paradigma terhadap proses pembentukan ideologi. Disamping itu, pandangan feminis radikal juga berupaya memaknai tubuh dan seksualitas sebagai ruang kita berotoritas untuk menyatakan eksistensi kita sebagai perempuan maupun laki-laki.
Feminis radikal sangat berjasa dalam menjelaskan bahwa patriarki sebenarnya tidak hanya terbatas pada area kekerabatan saja, tetapi juga pada semua area kehidupan manusia. Membuat kita menyadari bahwa tubuh adalah anugerah dari Tuhan yang bisa digunakan dalam konteks sosial, politik, dan lainnya. Dalam hal ini, perlu pemahaman tubuh supaya lebih dihargai dan dapat berkontribusi di masyarakat. Tubuh kita merupakan bentuk paling depan untuk eksistensi yang kelihatan sebagai proses yang sangat panjang untuk “self-love“. Oleh karena itu, kita boleh berkeinginan untuk cantik, asalkan bukan karena orang lain tapi karena kita punya otoritas akan tubuh kita sendiri. [NKH/HIMANTARA/ANT]