Prestasi Gemilang Riki Ari Pradana dalam Ajang Indonesia Research and Innovation Fair (IRIFair) 2024

Riki Ari Pradana, Mahasiswa Antropologi UB angkatan 2020 berhasil meraih juara utama pada kompetisi Indonesia Research and Innovation Fair (IRIFair) klaster Social Sciences Humanities yang diselenggarakan oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Kegiatan yang diikuti oleh mahasiswa Indonesia dari berbagai universitas dalam hingga luar negeri ini memberikan kesan yang mendalam kepada Riki, salah satunya saat proses mengolah tugas akhir perkuliahannya. Sebagai syarat kompetisi, ia harus mampu mengolah materi tugas tersebut menjadi lebih ringkas, tetapi tetap komprehensif. Selain itu, tahapan selanjutnya yang berupa presentasi dalam bahasa Inggris menjadi tantangan tersendiri bagi Riki dalam menjabarkan presentasinya, terlebih dengan durasi terbatas, yaitu maksimal tujuh menit. Tidak hanya itu, pertemuannya dengan banyak peneliti muda dari berbagai penjuru nusantara juga menggenapkan kesan Riki selama kegiatan berlangsung.

Pada kompetisi ini, Riki memaparkan materi risetnya yang berjudul The Art of Living in Facing Marginalization in The Coastal Sorong City. Riset yang dilakukan di Papua ini membahas tentang masyarakat di pinggiran Kota Sorong yang terpinggirkan karena berbagai faktor. Fenomena ini dikaji secara holistik, melalui kajian empiris infrastruktur, ekologis, dan politik. Terinspirasi dari buku Anna Tsing, Heather Swanson, Elaine Gan, dan Nils Bubandt yang berjudul The Art of Living On The Damage Planet dan diskusinya dengan dosen pembimbing skripsi Hatib Abdul Kadir, PhD, Riki mendalami lebih lanjut konsep seni hidup di tengah lingkungan yang rusak. Lebih jauh lagi, konsep ini menjelaskan bagaimana masyarakat marginal memiliki seni hidup yang tidak hanya menerima keterpinggiran, tetapi juga memanfaatkan daerah-daerah di sekitarnya sebagai strategi hidup dalam menghadapi marginalisasi.

Riki juga memberikan beberapa tips dalam bidang kepenulisan, “Menulis itu step nomor dua, yang pertama adalah perbanyak membaca. Apa pun itu, mulailah untuk sering-sering membaca. Kedua, belajar menulis secara efektif dan sesuaikan dengan lomba yang ingin diikuti. Ketiga, belajar mencari judul yang menarik.” Selain itu, ia juga memberikan pesan untuk teman-teman antropologi, terutama yang saat ini masih mengemban studi. “Coba banyak hal, entah itu volunteer, organisasi, dsb. Namun, jangan terlalu terbawa arus. Cukup sebatas untuk mencari jati diri kalian.”

Ke depannya, Riki berharap kelancaran untuk melanjutkan pendidikan di tingkat Magister dengan beasiswa riset dari BRIN. Lebih jauh lagi, Riki optimis bahwa bidang antropologi memiliki keunikan dalam merangkum isu atau fenomena berkelanjutan yang holistik dan rasional. Oleh karena itu, ia juga mengungkapkan harapannya agar teman-teman di prodi antropologi UB dapat berpartisipasi dalam ajang kompetisi yang sama. Sekali lagi, selamat dan sukses atas prestasi yang telah diraih! (DV/AR)