Kilas Balik Empat Tahun Program Kerja Sekolah Keragaman: Menanamkan Pemahaman akan Indahnya Keberagaman

Jumat (09/08), di Aula Fakultas Ilmu Budaya gedung A diselenggarakan acara dari Kelompok Kajian Wargakarta untuk merefleksikan program Sekolah Keragaman dengan tajuk, Sarasehan Refleksi Empat Tahun Program Sekolah Keragaman: “Peran Perguruan Tinggi dalam Membangun Komunitas Inklusif”. Sekolah Keragaman merupakan program kerja yang diusung oleh Kelompok Kajian Wargakarta yang berada di bawah Departemen Seni dan Antropologi Budaya, Fakultas Ilmu Budaya, yang bekerja sama dengan Lembaga Pengembangan Pendidikan Universitas Brawijaya (LPP-UB). Menurut ketua Kelompok Kajian Wargakarta, Dr. Hipolitus K. Kewuel, M.Hum, Wargakarta–yang namanya berarti masyarakat kota–berfokus pada studi persoalan kewargaan, pluralisme dan multikulturalisme guna memahami isu perkotaan kontemporer di Indonesia.
Menurut ketua program Sekolah Keragaman, Dr. Sigit Prawoto, Sekolah Keragaman bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai multikulturalisme dan inklusivitas yang sudah terintegrasi dengan Matakuliah Pengembangan Kepribadian (MPK) Pancasila. Di dalam Sekolah Keragaman ini, mahasiswa diajak untuk terlibat dalam merasakan dan merefleksikan nilai-nilai pluralisme dan multikulturalisme.
Sekolah Keragaman telah digelar dalam tiga edisi. Edisi pertama diselenggarakan selama pandemi COVID-19 dan menyasar mahasiswa MPK Pancasila yang menurut Franciscus Apriwan, M.A., mampu menghasilkan karya yang luar biasa baik meski berada di tengah keterbatasan. Kemudian edisi kedua, fokus pada promosi praktik baik serta pengelolaan keberagaman yang telah ada di masyarakat. Edisi kedua ini menyasar masyarakat dan menyasar lima desa di Malang Raya. Hasilnya, menurut Irsyad Martias, S.S., M.A., Ph.D., adanya peningkatan kesadaran praktik baik itu harus dijaga, keberlanjutan praktik baik, dan adanya keterlibatan aktif dari masyarakat. Terakhir, edisi ketiga Sekolah Keragaman menyasar pada sekolah menengah. Menurut Nindyo Budi Kumoro, M.A., ketika membicarakan keberagaman dan permasalahannya, penting juga untuk menyasar siswa sekolah menengah karena penting untuk menyiapkan siswa-siswa yang hendak turun ke masyarakat nantinya tentang pengelolaan keberagaman agar cita-cita untuk mewujudkan masyarakat yang multikultural bisa tercapai.
Pada acara tersebut hadir Wakil Rektor bidang Kemahasiswaan, Alumni & Kewirausahaan Mahasiswa, Dr. Setiawan Noerdajasakti, SH., MH. yang dengan semangatnya menyampaikan bahwa program Sekolah Keragaman harus dilanjutkan karena masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang beragam, mengingat adanya masalah-masalah yang muncul dari keberagaman. Hadir juga perwakilan-perwakilan dari mitra yang terlibat dengan Sekolah Keragaman seperti USAID, Harmoni, desa-desa yang berpartisipasi pada SK edisi dua, serta sekolah-sekolah yang berpartisipasi pada SK edisi tiga. Dari semua riuh tepuk tangan yang mengisi aula gedung FIB A, bahkan beberapa senyuman haru dari mitra yang terlibat, dapat terlihat dampak dari Sekolah Keragaman yang begitu membekas dan sama-sama mengharapkan keberlanjutan program ini agar semakin tertanamnya nilai inklusivitas dan pemahaman akan keberagaman sehingga cita-cita Bhinneka Tunggal Ika dapat terwujud. (AR/DV)