Merespon Fenomena Krisis Lingkungan: Apa yang Bisa Kita Pelajari dari Ritual Sare Dame di Lembata.
Malang, 10 November 2022. Merupakan hari kedua dari serangkaian agenda International Seminar on Cultural Studies (ISCS) II, yang dilaksanakan secara hybrid di Universitas Brawijaya. Pada hari kedua ini acara diawali dengan paparan oleh Dr. Hipolitus K. Kewuel, sebagai salah satu keynote speaker dalam acara ini. Dalam sesinya, ia mengangkat hasil penelitiannya mengenai ritus Sari Dame di Lembata, Nusa Tenggara Timur.
Masyarakat Lembata masih meyakini dan menerapkan ritual Sari Dame, dan menurut Dr. Hipolitus kita dapat belajar dari ritual tersebut terutama dalam merespon fenomena krisis lingkungan. Hal ini sangat relevan dengan fenomena hari ini, di mana bencana datang silih berganti membawa duka bagi para penyintas. Era krisis lingkungan ini juga pada akhirnya menuntut kita untuk merefleksikan tindakan manusia yang selama ini sudah sangat eksploitatif, dan berpikir ulang mengenai bagaimana caranya untuk kembali terhubung dengan alam.
Dari Masyarakat Lembata kita belajar untuk mempertahankan nilai-nilai kearifan lokal, yang dapat dijadikan sebagai perspektif dalam melihat, memahami, dan memecahkan persoalan krisis lingkungan. Selain itu kita juga dapat mengambil pelajaran bahwa untuk hidup damai dan sejahtera, yang perlu dilakukan adalah dengan membangun kembali relasi antara manusia dengan alam dan Tuhan, salah satunya melalui ritual sari dame. Ritual ini juga dapat dipahami sebagai modal sosial masyarakat Lembata yang dapat memperkuat pembangunan di Nusa Tenggara Timur.