Ekofeminisme: Kajian Perempuan, Gender, dan Lingkungan

Rangkaian kegiatan Visiting profesor dan praktisi program 3 in 1 yakni pertemuan ketiga dilaksanakan pada Jumat (17/09) bertema Ekofeminisme. Terdapat relasi antara gender dengan lingkungan, melihat keterkaitannya manusia dan alam dengan pengelolaan lingkungan. Relasi gender yang dimaksudkan tidak hanya perempuan dan laki-laki, namun ada tali temali yang tidak terputus dan saling berkaitan, seperti saling mengeksploitasi. Krisis lingkungan di Indonesia sudah lama dihadapi. Dalam dua dekade terakhir pun banyak terjadi kerusakan sumber daya alam dan pencemaran lingkungan yang terjadi begitu cepat.

Banyak sekali permasalahan lingkungan hidup di Indonesia, salah satunya adalah eksploitasi sumber daya alam yang brutal mengakibatkan kerusakan dan bencana, kelangkaan air bersih dan kekeringan, kekurangan lahan bagi petani, pola konsumsi yang berlebih, serta banyak kearifan lokal yang hilang karena perubahan alam yang terjadi. Pada dasarnya, alam tidak mengenal gender, tetapi bagaimana respon kita terhadap alam yang mengenal gender, berpengaruh pada perbedaan akses dan kontrol terhadap sumber daya alam.

Eksploitasi sumber daya alam lebih banyak berdampak negatif pada perempuan dan anak. Dalam pendekatan ekofeminisme, lingkungan dengan manusia memiliki keterkaitan yang sangat intim hubungannya. Kita harus lebih menyadari konstruksi-konstruksi yang dibangun dengan kita sendiri sebagai manusia. Bumi itu satu, bumi milik kita bersama, dan kita semua ada di dalam rumah yang sama.[NKH/HIMANTARA/ANT]